Dalam pembelajaran bahasa Indonesia
dikenal beberapa pendekatan, seperti pendekatan tujuan, pendekatan struktural,
pendekatan komunikatif, pendekatan pragmatik, dan pendekatan terpadu. Pendekatan
merupakan teori, konsep, kepercayaan, paham, hukum, rumus, dan sebagainya yang
diyakini kebenarannya, yang dipakai sebagai dasar memilih dan menentukan
cara-cara (metode, teknik) pembelajaran, termasuk perencanaan KBM, pemberian
tugas, penyusunan tes proses dan hasil belajar. Sehubungan dengan yang
digariskan dalam BSNP, bahwa belajar
bahasa Indonesia adalah belajar berkomunikasi dan pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan secara
tematik dan integratif (terpadu), maka pada bagian ini hanya
dibicarakan pendekatan komunikatif dan pendekatan terpadu.
2.1 Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif merupakan
pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa
dalam komunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa
(Zuchdi, 1997). Tampak bahwa bahasa tidak hanya dipandang sebagai seperangkat
kaidah, tetapi lebih luas lagi, yakni sebagai sarana untuk berkomunikasi. Ini
berarti, bahasa ditempatkan sesuai dengan fungsinya, yaitu fungsi komunikatif.
Menurut Littelwood (1981),
pendekatan komunikatif didasarkan pada pemi-kiran bahwa:
1)
pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang
lebih luas tentang bahasa. Hal ini terutama menyebabkan orang melihat bahwa
bahasa tidak terbatas pada tata bahasa dan kosakata, tetapi juga pada fungsi
komu-nikasi bahasa.
2)
Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang
luas dalam pembelajaran bahasa. Hal itu menimbulkan kesadaran bahwa mengajarkan
bahasa, tidak cukup dengan memberikan kepada siswa bagaimana bentuk bahasa,
tetapi siswa harus mampu mengembangkan cara-cara menerapkan bentuk-bentuk itu sesuai
dengan fungsi bahasa sebagai sarana komunikasi dalam situasi dan waktu yang
tepat.
Sehubungan dengan pendapat itu, dia mengemukakan beberapa alternatif
teknik pembelajaran bahasa. Dalam kegiatan belajar-mengajar, siswa diberi
latihan, antara lain seperti di bawah ini.
(1) Memberi
informasi secara terbatas.
Contoh:
a.
Mengidentifikasi gambar
Dua orang siswa ditugasi mengadakan percakapan tentang benda-benda yang
terdapat dalam gambar yang disediakan oleh guru. Pertanyaan dapat mengenai
warna, jumlah, bentuk, dan sebagainya.
b.
Menemukan pasangan yang cocok
Guru memberikan gambar kepada sekelompok siswa yang masing-masing
mendapat sebuah gambar yang berbeda. Seorang siswa yang lain (di luar kelompok)
diberi duplikat salah satu gambar yang telah dibagikan. Siswa ini mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada teman-temannya yang membawa gambar dengan tujuan
untuk mengetahui indentifikasi atau cirri-ciri gambar yang mereka bawa. Dari
hasil tanya jawab itu, siswa (pembawa duplikat) tersebut harus dapat menemukan
siapa di antara teman-temannya itu yang membawa gambar yang cocok dengan
duplikat yang dibawanya.
(2) Menemukan
informasi tanpa dibatasi
Contoh:
Menemukan perbedaan
Siswa A dan B masing-masing mempunyai sebuah gambar yang sama, kecuali
beberapa bagian. Para siswa harus mendiskusikan gambar tersebut sehingga
menemukan perbedaannya.
(3) Menyusun
informasi
Contoh:
Siswa diminta membayangkan bahwa mereka akan
mengadakan kemah selama
tiga
hari. Tiap anggota hanya boleh membawa barang kira-kira 11 kg.
Kelompok-kelompok itu harus menentukan apa saja yang mereka bawa, dengan
melihat barang yang patut dibawa, yang diberikan oleh guru, dan mempersiapkan
pembelaan apabila mereka ditentang oleh kelompok lain.
Latihan-latihan
tersebut merupakan latihan penggunaan bahasa dalam aktivitas komunikasi yang bersifat
fungsional dalam kelas. Di samping itu, juga terdapat aktivitas komunikatif
yang lain, yakni: aktivitas interaksi sosial, dan simulasi dalam bermain peran.
Uraian di atas dapat diringkaskan
sebagai berikut.
- Pendekatan
Komunikatif
- Teori dasar : Bahasa adalah alat komunikasi sosial.
- Artinya : - bahasa
itu bagi orang per orang adalah alat untuk mengungkapkan
perasaan,
pikiran, maksud, dan sebagainya kepada orang lain. Apa
yang ada
pada dirinya (misalnya informasi) disampaikan kepada
orang
lain agar orang lain pun memilikinya. Alat yang dipakai untuk
menyampaikan
itu adalah bahasa.
- bahasa
adalah salah satu alat yang dipakai orang untuk berkomunika-
si. Alat
yang lain masih banyak, misalnya: kentongan, gerak anggota
tubuh,
siulan, dan sebagainya.
- implikasinya
dalam kelas:
- harus ada interaksi
verbal, baik antara guru dan siswa maupun siswa
dan siswa.
- guru tidak usah terlalu banyak
berbicara, menjelaskan, atau menggu-
rui, tetapi menciptakan suasana yang baik agar
siswa senang belajar
dan senang
berbicara.
- guru mendorong pengembangan kemampuan
berkomunikasi siswa-
nya. Lebih baik murid
berani berbicara dan mengemukakan panda-
pat meskipun dengan
bahasa yang kurang baik dan kurang benarda-
ripada diam karena
takut salah.
- hilangkan hambatan psikologis seperti takut
salah, sungkan, malu,
dan sebagainya.
- beri tugas: masalah dan
memecahkan masalah.
Contoh:
- berilah pelajaran yang bersifat
bermain-main, kuis, teka-teki (seperti
yang sering Ada
tonton di televisi).
- upayakan agar siswa
mau berbicara dan menggunakan bahasa, apa
pun wujudnya.
Bahasa Indonesia bercampur bahasa Bali pun tidak
apa-apa.
- suruh siswa
mengajukan pertanyaan secara lisan. Bagi murid men-
jadi dua kelompok
besar (deretan bangku): kelompok 1 bertanya,
kelompok 2 menjawab, begitu bergantian.
- kembangkan imajinasi
anak dengan bahasa:
- andaikata
saya menjadi ….
- buat
rangkaian cerita dari kata jarum sampai doa.
2.2
Pendekatan Terpadu
Nielsen (1989) menyatakan bahwa
pendekatan terpadu adalah suatu pendekat-an pembelajaran yang secara sengaja
mengaitkan aspek-aspek intra dan inter-bidang studi, sehingga pembelajar
memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh dan simultan dalam konteks
yang bermakna. Karena itu, ukuran keterpaduan dalam pembelajaran terpadu adalah
bahwa pembelajaran dilakukan secara sadar, sengaja, bertujuan, dan sistematis
yang dapat membantu anak memahami topik tertentu atau ide umum dari berbagai
sisi. Aktivitas pendidikan hendaknya menghilangkan jurang pemisah antara
bidang-bidang studi dan agar memfokuskan arah pembelajaran kepada proses
integratif, yang mengharuskan anak larut bila hendak mengorganisasi pengetahuan
dan pengalaman mereka.
Sementara itu, ahli pembelajaran
terpadu seperti H.H. Jacobs dalam sebuah wawancara dengan Brandt (1991)
mengatakan bahwa kebutuhan untuk melaksanakan pembelajaran terpadu didasari
beberapa alasan, yaitu: (1) bahwa sementara jam belajar di sekolah tetap, ilmu
pengetahuan terus berkembang, (2) ada kecenderungan anak tidak betah di sekolah
karena apa yang harus dipelajari tidak sesuai dengan kebutuhannya, dan (3)
sudah jelas tidak logis mengajarkan konsep-konsep secara terpisah-pisah
sementara kehidupan anak tidak pernah menuntut pemisahan tersebut.
Dari sejumlah teori pembelajaran
terpadu yang ada, maka pengertiannya dapat diuraikan sebagai berikut: (1)
pembelajaran terpadu beranjak dari suatu tema sebagai pusat perhatian yang
digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain, baik yang berasal dari
bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi lain, (2) pembelajaran
terpadu merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menghubung-kan berbagai
bidang studi yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling dan dalam rentang
kemampuan dan perkembangan anak, (3) pembelajaran terpadu merupakan suatu cara
untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan secara simultan, dan (4)
pembelajaran terpadu merakit dan menghubungkan sejumlah konsep dalam beberapa
bidang studi yang berbeda, dengan harapan anak akan belajar dengan lebih baik
dan bermakna.
Sebagai suatu pendekatan yang
berorientasi proses, pembelajaran terpadu mempunyai ciri-ciri: (1) berpusat
pada siswa, (2) memberikan pengalaman langsung pada anak, (3) pemisahan
antarbidang studi tidak begitu jelas, (4) menyajikan konsep dari berbagai
bidang studi dalam satu proses pembelajaran, (5) bersifat luwes, dan (6) hasil
pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak (Zuchdi, 1997).
Model pembelajaran terpadu yang
paling dikenal adalah model terhubung (connected model), model jarring
laba-laba (webbed model), dan model terpadu (integrated model).
Pembelajaran terpadu antarbidang studi dapat dilihat pada contoh di bawah ini.
IPA
1.
mengenal berbagai jenis
binatang laut
2. membedakan
air laut dan
air
tawar
Bahasa
Indonesia 3. menerangkan ekosistem Matematika
laut
1. menyimak cerita
1. menghitung luas laut
Nyi Roro Kidul berdasarkan skala peta
2. menyusun wacana Tema
2. mendemonstrasikan
tentang pencemaran Kelautan menghitung berat jenis
laut air laut
3. bercerita tentang dar- 3. menghitung persentase
mawisata ke pantai IPS perbandingan
daratan
1.
menjelaskan fungsi laut dan lautan
2.
membaca peta tentang
kedalaman laut
3.
menceritakan tentang
kekayaan laut
Pendekatan terpadu dapat pula
dilakukan dalam pembelajaran sastra dan bahasa. Pembelajaran terpadu dalam hal
ini adalah upaya pemaduan aspek-aspek pengajaran sastra dan bahasa agar saling
menunjang. Hal ini patut dicermati, karena ada asumsi bahwa pencipta sastra
yang menguasai bahasa dengan baik akan lebih sukses dibanding yang penguasaan
bahasanya setengah-setengah. Demikian pula orang yang belajar bahasa, apabila
menguasai sastra – bahasa mereka akan semakin halus dan enak didengar, oleh
karena dalam setiap aktivitas berbahasa, secara tak sadar manusia telah
memerankan sastra dalam komunikasi.
Proses pembelajaran terpadu
menghendaki antara materi sastra dan bahasa memiliki kedudukan sejajar.
Keduanya saling menunjang dan berhubungan secara simbiosis mutualistis. Yang
penting, pengajaran sastra menghendaki situasi pengajaran yang kreatif.
Pendekatan delivery system, yang menghendaki sekolah sebagai agen
menghafal, sebaiknya diubah menjadi agen mencipta, mencerna, menghayati seluruh
persoalan hidup dan berusaha memecahkannya. Itulah sebabnya, diperlukan
pengajar yang benar-benar konstruktivistik. Pengajar semacam ini akan mampu
memadukan aspek bahasa dan sastra secara arif. Pengajar yang konstruktivistik
akan melakukan berbagai hal, antara lain: (1) mampu mengaitkan materi
pengajaran sastra dengan peserta didik, (2) menilai dan memandang proses
kompetensi dari sudut pandang peserta didik, dan (3) mampu memadukan
aspek-aspek pengajaran bahasa dan tanpa mengurangi hak masing-masing materi
(Endraswara, 2003).
Dari ketiga ciri di atas, yang
paling relevan dengan pendekatan terpadu adalah cirri yang ketiga. Di sini seorang
pengajar dapat menerapkan sistem respon dan analisis. Sistem pengajaran semacam
ini menandai pengajar dan peserta didik sejajar. Keduanya dapat saling memberi
dan menerima dalam belajar bahasa dan sastra. Dengan demikian, tak ada manfaat
yang signifikan jika pengajaran sastra dipaksakan harus dipisah-pisah dengan
materi bahasa. Keduanya seharusnya seimbang guna membangun kreativitas. Kompetensi
sastra setiap peserta didik akan terbangun melalui materi bahasa. Pendek kata,
kompetensi yang perlu dimiliki melalui pendekatan ini adalah: (1) peserta didik
dapat belajar sastra sekaligus belajar bahasa, karena keduanya saling terkait,
(2) dapat memahami hubungan yang saling menguntungkan antara materi bahasa dan
sastra, terutama untuk meningkatkan kemampuan bersastra, dan (3) terampil
menerapkan bahasa yang indah ke dalam sastra, dan memanfaatkan sastra sebagai
landasan awal belajar bahasa.
Uraian di atas dapat
diringkaskan sebagai berikut.
- Pendekatan
Terpadu
- Teori dasar : - bahasa itu merupakan satuan yang utuh,
bukan merupakan serpihan
serpihan yang
tersebar.
- Artinya : - secara struktur bahasa memang bisa
terbagi-bagi dalam fonologi,
morfologi,
sintaksis, dan kosakata. Akan tetapi, dalam proses bel-
ajar-mengajar
bagian-bagian itu harus dipadukan.
- pembelajar bahasa
harus menguasai keempat keterampilan berbaha-
sa, yaitu
mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis. Dalam
pembelajaran
bahasa, minimal dua keterampilan dari empat kete-
rampilan itu harus
dipadukan dalam satu kegiatan berturutan.
- berbahasa selalu
terpaut dengan tema tertentu, ada “sesuatu” yang
dibicarakan dalam
berbahasa. Di sekolah “sesuatu” itu bisa terca-
kup dalam bidang studi
Matematika, IPA, IPS, dan sebagainya.
Dalam pembelajaran
bahasa, berbagai mata pelajaran ini bisa dipa-
dukan dengan
segi-segi kebahasaan.
- Implikasinya
dalam kelas:
1) Tema : Teknologi
Materi :
Cara Kerja Pompa Air
Dalam pelajaran IPA,
guru dapat menjelaskan cara kerja pompa air.
Ini bisa dilanjutkan
dengan diskusi tentang cara kerja tersebut. Untuk
kepentingan IPA, guru
dapat menilai isi diskusi, sedangkan bidang
studi bahasa Indonesia menilai
cara-cara berdiskusi.
2) Siswa
disuruh menonton televise tentang cerita anak-anak.Dalam dengar – lihat itu
siswa ditugasi mencatat jalannya cerita. Di kelas siswa harus menyerahkan
tulisannya, diteruskan dengan kegiatan siswa untuk menceritakan secara lisan
tanpa teks, tanya jawab tentang cerita, tokoh-tokoh, kosakata, dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar